Bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah
dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat
sensitif terhadap
air segar. Dari sini ia menemukan hikmah dibalik wudhu yang membasuh
pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan
hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara
keseluruhan.
Dengan senantiasa membasuh air
segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan
memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya
Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Ulama Fikih juga
menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara
kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudlu,
seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling
banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena
itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.
Ulama tasawuf menjelaskan
hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air
wudlu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang
pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera
tersimpul di bagian muka.
Berapa orang yang jadi korban
setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan
membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja
yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa
saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan
setiap hari?
Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.
Organ tubuh yang menjadi anggota
wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah [5]:6, adalah wajah, tangan sampai
siku, dan kaki sampai mata kaki. Dalam hadis riwayat Muslim juga
dijelaskan bahwa, air wudlu mampu mengalirkan dosa-dosa yang pernah
dilakukan oleh mata, penciuman, pendengaran, tangan, dan kakinya,
sehingga yang bersangkutan bersih dari dosa.
Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena
dalam redaksi hadis itu dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai
tetesan terakhir dari air wudlu itu (ma’a akhir qathr al-ma’).
Wudlu dalam Islam masuk di dalam Bab al-Thaharah (penyucian rohani), seperti halnya tayammum, syarth, dan mandi junub. Tidak disebutkan Bab al-Nadhafah (pembersihan secara fisik). Rasulullah SAW selalu berusaha mempertahankan keabsahan wudlunya.
Yang paling penting dari wudlu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa
percaya diri sebagai orang yang ‘bersih’ dan sewaktu-waktu dapat
menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti mendirikan shalat,
menyentuh atau membaca mushaf Alquran. Wudlu sendiri akan memproteksi
diri untuk menghindari apa yang secara spiritual merusak citra wudlu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi dengan wudlu.
Sumber : jelajahunik.blogspot.com